KENAPA SI ZAID SELALU MEMUKUL SI 'AMR

KENAPA SI ZAID SELALU MEMUKUL SI 'AMR

      Dalam ilmu Nahwu yang kita pelajari di pesantren, sering sekali kita mendengar contoh yang sudah familiar ditelinga kita ketika ustadz mencontohkan fi'il, fa'il dan maf'ul: 

”ضرب زيد عمرا“

"Zaid memukul 'Amr"

Mengapa kalimat tsb selalu dibuat contoh dalam dikitab-kitab Nahwu...??? ternyata ada kisah dibalik itu semua, meskipun pada hakikatnya contoh tsb dibuat agar santri yang mempelajari ilmu Nahwu lebih mudah memahaminya. 

         Dahulu kala ada seorang gubernur dari Daulah Usmaniyah bernama Dawud Basya. Beliau ingin sekali belajar bahasa Arab. Kemudian ia menghadirkan salah seorang Ulama’ dari Ulama'-Ulama' di negerinya. Suatu hari dia bertanya kepada ulama’ tersebut.

“Wahai guru, apa kesalahan si ‘Amr sehingga si Zaid memukulnya setiap hari”

“Apakah ‘Amr mempunyai kedudukan lebih rendah dari Zaid sehingga Zaid bebas memukulnya, menyiksanya, dan ‘Amr tidak bisa membela dirinya” Si gubernur menanyakan hal tsb dengan menghentakkan kakinya ke tanah sambil marah-marah.

“Tidak ada yang dipukul , tidak ada yang memukul wahai gubernur, ini hanya permisalan saja yang dibuat Ulama’ Nahwu supaya memudahkan untuk belajar ilmu bahasa arab tersebut” jawab gurunya.

Jawaban sang guru tidak memuaskan hati sang gubernur, oleh karena itu ia marah lalu ia memenjarakan gurunya tadi. Kemudian ia menyuruh orang untuk mencari Ulama’ Nahwu yang lain. Pertanyaan yang sama diajukan seperti pertanyaan awal dan mereka menjawab dengan jawaban seperti Ulama’ yang pertama. Gubernur kembali tidak puas, akhirnya guru barunya pun ikut dipenjarakan.

Satu per satu ulama’ negeri itu tidak bisa memuaskan gubernur dengan jawabannya. Alhasil, penuh lah penjara dengan pengajar nahwu dan sunyi lah madrasah-madrasah dari para pengajar dikarenakan para Ulama’nya dipenjara. Kejadian ini menjadi perbincangan dimana-mana dan semuanya berusaha bagaimana mencari jalan keluarnya.

Sang gubernur kembali mencari guru dengan mengutus utusan untuk menjemput para Ulama’-Ulama’ ahli bahasa di Baghdad. Sang utusan berhasil menghadirkan Ulama’ dari Baghdad di hadapannya. Beliau adalah pimpinan Ulama’ yang paling ‘alim dari  para Ulama’ di Baghdad. Sang Ulama’ berani maju ke depan dan berkenan menjawab pertanyaan gubernur tersebut.

“Apa kesalahan ‘Amr sehingga selalu dipukul oleh Zaid ?” tanya Gubernur Dawud.

“Kesalahan ‘Amr adalah karena ia telah mencuri huruf wawu yg seharusnya itu milik anda wahai gubernur. Huruf wawu yang saharusnya ada dua pada kata Dawud ternyata cuma ada satu, oleh karenanya para Ulama’ Nahwu menugaskan si Zaid untuk selalu memukul ‘Amr, sebagai hukuman atas perbuatannya itu.” Jawab pimpinan ulama’ dengan tegas, sambil mengisyaratkan adanya huruf wawu di kalimat ‘Amr setelah huruf ro’ (عمرو).

Mendengar jawaban dari Ulama’ tsb, sang  gubernur merasa sangat puas dan memuji Ulama’ tsb. Kepuasan hati sang gubernur membuatnya ingin memberikan hadiah. Ia menawarkan hadiah apa saja yang Ulama’ tsb kehendaki. Permintaan Ulama’ tsb sederhana.

“Aku hanya minta agar para Ulama’ yang anda penjarakan dibebaskan semuanya” kata sang Ulama'.

Maka gubernur mengabulkan permintaannya. Akhirnya para Ulama’ itu bebas dari penjara. Ulama’-Ulama’ dari Baghdad tadi diberi hadiah sekaligus diberi uang transportasi dan diantar kembali ke negeri mereka.

Wallahu'alam bis showab

Marji' (ref) : 

• النظرات للشيخ مصطفى لطفي بن محمد لطفي المنفلوطي ج: ١ | ص: ٣٠٧ | المكتبة الشاملة

ﺯﻳﺪ ﻭﻋﻤﺮﻭ:
ﺃﺭاﺩ ﺩاﻭﺩ ﺑﺎﺷﺎ ﺃﺣﺪ اﻟﻮﺯﺭاء اﻟﺴﺎﻟﻔﻴﻦ ﻓﻲ اﻟﺪﻭﻟﺔ اﻟﻌﺜﻤﺎﻧﻴﺔ ﺃﻥ ﻳﺘﻌﻠﻢ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻓﺄﺣﻀﺮ ﺃﺣﺪ ﻋﻠﻤﺎﺋﻬﺎ, ﻭﺃﻧﺸﺄ ﻳﺘﻠﻘﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺩﺭﻭﺳﻬﺎ ﻋﻬﺪا ﻃﻮﻳﻼ ﻓﻜﺎﻧﺖ ﻧﺘﻴﺠﺔ ﻋﻠﻤﻪ ﻣﺎ ﺳﺘﺮاﻩ.
ﺳﺄﻝ ﺷﻴﺨﻪ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﺎ اﻟﺬﻱ ﺟﻨﺎﻩ ﻋﻤﺮﻭ ﻣﻦ اﻟﺬﻧﻮﺏ ﺣﺘﻰ اﺳﺘﺤﻖ ﺃﻥ ﻳﻀﺮﺑﻪ ﺯﻳﺪ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻭﻳﻘﺘﻠﻪ ﺗﻘﺘﻴﻼ ﻭﻳﺒﺮﺡ ﺑﻪ ﻫﺬا اﻟﺘﺒﺮﻳﺢ اﻟﻤﺆﻟﻢ, ﻭﻫﻞ ﺑﻠﻎ ﻋﻤﺮﻭ ﻣﻦ اﻟﺬﻝ ﻭاﻟﻌﺠﺰ ﻣﻨﺰﻟﺔ ﻣﻦ ﻳﻀﻌﻒ ﻋﻦ اﻻﻧﺘﻘﺎﻡ ﻟﻨﻔﺴﻪ، ﻭﺿﺮﺏ ﺿﺎﺭﺑﻪ ﺿﺮﺑﺔ ﺗﻘﻀﻲ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻘﻀﺎء اﻷﺧﻴﺮ؟. ﺳﺄﻝ ﺷﻴﺨﻪ ﻫﺬا اﻟﺴﺆاﻝ ﻭﻫﻮ ﻳﺘﺤﺮﻕ ﻏﻴﻈﺎ ﻭﺣﻨﻘﺎ ﻭﻳﻀﺮﺏ اﻷﺭﺽ ﺑﻘﺪﻣﻴﻪ, ﻓﺄﺟﺎﺑﻪ اﻟﺸﻴﺦ: ﻟﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﺿﺎﺭﺏ ﻭﻻ ﻣﻀﺮﻭﺏ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻫﻲ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﻬﺎ اﻟﻨﺤﺎﺓ ﻟﺘﻘﺮﻳﺐ اﻟﻘﻮاﻋﺪ ﻣﻦ ﺃﺫﻫﺎﻥ اﻟﻤﺘﻌﻠﻤﻴﻦ، ﻓﻠﻢ ﻳﻌﺠﺒﻪ ﻫﺬا اﻟﺠﻮاﺏ, ﻭﺃﻛﺒﺮ ﺃﻥ ﻳﻌﺠﺰ ﻣﺜﻞ ﻫﺬا اﻟﺸﻴﺦ ﻋﻦ ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ اﻟﻘﻀﻴﺔ ﻓﻐﻀﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺴﺠﻨﻪ، ﺛﻢ ﺃﺭﺳﻞ ﺇﻟﻰ ﻧﺤﻮﻱ ﺁﺧﺮ ﻓﺴﺄﻟﻪ ﻛﻤﺎ ﺳﺄﻝ اﻷﻭﻝ ﻓﺄﺟﺎﺑﻪ ﺑﻨﺤﻮ ﺟﻮاﺑﻪ ﻓﺴﺠﻨﻪ ﻛﺬﻟﻚ، ﺛﻢ ﻣﺎ ﺯاﻝ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﻬﻢ ﻭاﺣﺪا ﺑﻌﺪ ﻭاﺣﺪ ﺣﺘﻰ اﻣﺘﻸﺕ اﻟﺴﺠﻮﻥ ﻭﺃﻗﻔﺮﺕ اﻟﻤﺪاﺭﺱ ﻭﺃﺻﺒﺤﺖ ﻫﺬﻩ اﻟﻘﻀﻴﺔ اﻟﻤﺸﺌﻮﻣﺔ اﻟﺸﻐﻞ اﻟﺸﺎﻏﻞ ﻟﻪ ﻋﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﻗﻀﺎﻳﺎ اﻟﺪﻭﻟﺔ ﻭﻣﺼﺎﻟﺤﻬﺎ، ﺛﻢ ﺑﺪا ﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻮﻓﺪ ﻋﻠﻤﺎء ﺑﻐﺪاﺩ ﻓﺄﻣﺮ ﺑﺈﺣﻀﺎﺭﻫﻢ ﻓﺤﻀﺮﻭا ﻭﻗﺪ ﻋﻠﻤﻮا ﻗﺒﻞ اﻟﻮﺻﻮﻝ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﺎﺫا ﻳﺮاﺩ ﺑﻬﻢ، ﻭﻛﺎﻥ ﺭﺋﻴﺲ ﻫﺆﻻء اﻟﻌﻠﻤﺎء ﺑﻤﻜﺎﻧﺔ ﻣﻦ اﻟﻔﻀﻞ ﻭاﻟﺤﺬﻕ ﻭاﻟﺒﺼﺮ ﺑﻤﻮاﺭﺩ اﻷﻣﻮﺭ ﻭﻣﺼﺎﺩﺭﻫﺎ، ﻓﻠﻤﺎ اﺟﺘﻤﻌﻮا ﻓﻲ ﺣﻀﺮﺓ اﻟﻮﺯﻳﺮ ﺃﻋﺎﺩ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺫﻟﻚ اﻟﺴﺆاﻝ ﺑﻌﻴﻨﻪ, ﻓﺄﺟﺎﺑﻪ اﻟﺮﺋﻴﺲ: ﺇﻥ اﻟﺠﻨﺎﻳﺔ اﻟﺘﻲ ﺟﻨﺎﻫﺎ ﻋﻤﺮﻭ ﻳﺎ ﻣﻮﻻﻱ ﻳﺴﺘﺤﻖ ﺃﻥ ﻳﻨﺎﻝ ﻷﺟﻠﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﻌﻘﻮﺑﺔ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻤﺎ ﻧﺎﻝ، ﻓﺎﻧﺒﺴﻄﺖ ﻧﻔﺴﻪ ﻗﻠﻴﻼ ﻭﺑﺮﻗﺖ ﺃﺳﺎﺭﻳﺮ ﻭﺟﻬﻪ, ﻭﺃﻗﺒﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﺪﺛﻪ ﻳﺴﺄﻟﻪ: ﻣﺎ ﻫﻲ ﺟﻨﺎﻳﺘﻪ؟ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ: ﺇﻧﻪ ﻫﺠﻢ ﻋﻠﻰ اﺳﻢ ﻣﻮﻻﻧﺎ اﻟﻮﺯﻳﺮ ﻭاﻏﺘﺼﺐ ﻣﻨﻪ اﻟﻮاﻭ ﻓﺴﻠﻂ اﻟﻨﺤﻮﻳﻮﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺯﻳﺪا ﻳﻀﺮﺑﻪ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﺟﺰاء ﻭﻗﺎﺣﺘﻪ ﻭﻓﻀﻮﻟﻪ ﻳﺸﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻭاﻭ ﻋﻤﺮﻭ ﻭﺇﺳﻘﺎﻁ اﻟﻮاﻭ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻣﻦ ﺩاﻭﺩ ﻓﻲ اﻟﺮﺳﻢ ﻓﺄﻋﺠﺐ اﻟﻮﺯﻳﺮ ﺑﻬﺬا اﻟﺠﻮاﺏ ﻛﻞ اﻹﻋﺠﺎﺏ، ﻭﻗﺎﻝ ﻟﺮﺋﻴﺲ اﻟﻌﻠﻤﺎء: ﺃﻧﺖ ﺃﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﻗﻠﺘﻪ اﻟﻐﺒﺮاء، ﻭﺃﻇﻠﺘﻪ اﻟﺨﻀﺮاء، ﻓﺎﻗﺘﺮﺡ ﻋﻠﻲ ﻣﺎ ﺗﺸﺎء، ﻓﻠﻢ ﻳﻘﺘﺮﺡ ﻋﻠﻴﻪ ﺳﻮﻯ ﺇﻃﻼﻕ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻤﺴﺠﻮﻧﻴﻦ، ﻓﺄﻣﺮ ﺑﺈﻃﻼﻗﻬﻢ ﻭﺃﻧﻌﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﻋﻠﻤﺎء ﺑﻐﺪاﺩ ﺑﺎﻟﺠﻮاﺋﺰ ﻭاﻟﺼﻼﺕ. ﺃﺣﺴﻦ ﺩاﻭﺩ ﺑﺎﺷﺎ ﻓﻲ اﻷﻭﻟﻰ ﻭﺃﺳﺎء ﻓﻲ اﻷﺧﺮﻯ، ﻭﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﻣﻜﺎﻧﻪ ﻟﻤﺎ ﺃﻃﻠﻘﺖ ﺳﺒﻴﻞ ﻫﺆﻻء اﻟﻨﺤﺎﺓ ﻣﻦ ﺳﺠﻨﻬﻢ ﺣﺘﻰ ﺁﺧﺬ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻋﻬﺪا ﻭﺛﻴﻘﺎ ﺃﻥ ﻳﺘﺮﻛﻮا ﻫﺬﻩ اﻷﻣﺜﻠﺔ اﻟﺒﺎﻟﻴﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺟﺪﻳﺪﺓ ﻣﺴﺘﻄﺮﻓﺔ ﺗﺆﻧﺲ ﻧﻔﻮﺱ اﻟﻤﺘﻌﻠﻤﻴﻦ ﻭﺗﺬﻫﺐ ﺑﻮﺣﺸﺘﻬﻢ ﻭﺗﺤﻮﻝ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﻭﺑﻴﻦ اﻟﻨﻔﻮﺭ ﻣﻦ ﻣﻨﻈﺮ ﻫﺬﻩ اﻟﺤﻮاﺩﺙ اﻟﺪﻣﻮﻳﺔ ﺑﻴﻦ ﺯﻳﺪ ﻭﻋﻤﺮﻭ، ﻭﺧﺎﻟﺪ ﻭﺑﻜﺮ.

📚 : An-Nadzorot juz1 hal 307.
jailanifamily.blogspot.com

Komentar