Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013
Gambar
KH. Cholil Nawawie, Sidogiri, Jawa Timur: Teladan dari Kitab Berjalan . Sekitar tahun 1925 M/1343H. Nyai Nadzifah, istri Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, KH. Nawawie Noerhasan, melahirkan seorang bayi lelaki. Atas saran Mbah Cholil Bangkalan, kiai dan wali kesohor dari Bangkalan, bayi itu kemudian diberi nama Muhammad Cholil. Keistimewaan Kiai Cholil memang sudah tampak sejak kecil, hingga sebagian orang pun meyakininya sudah menjadi wali sejak kecilnya itu. Sehari sebelum Mbah Cholil Bangkalan wafat, Mas Cholil (panggilan akrab Kiai waktu kecil) berteriak-teriak, “Medura kiamat, Medura kiamat (Madura kiamat, Madura kiamat)”. Ucapan itu diteriakkan Mas Cholil berkali-kali, sehingga didengar oleh abahnya, Kiai Nawawie, yang waktu itu sedang mengajar di surau. “Ana apa, Lil (ada apa Lil)?” Kiai Nawawie bertanya. “Medura kiamat, Ba (Madura kiamat, Abah), “ kata Mas Cholil, mengulang. Kiai Nawawie baru mengerti perkataan Mas Cholil pada keesokan harinya