Bagaimana mendapatkan jiwa yang tenang dalam kehidupan kita?



Ada 3 hal yang akan menenangkan kegelisahan jiwa, yaitu:
1. Keikhlasan
2. Kesyukuran
3. Keharusan memampukan diri Apabila ada masalah terjadi, ada kesulitan, ada tantangan, katakanlah “Aku harus ikhlas, bersyukur dan memampukan diri“.
Orang yang ikhlas, bersyukur, dan selalu bekerja untuk memampukan diri tidak mungkin hatinya bisa digelisahkan oleh masalah-masalah yang lebih kecil dari dirinya.
Kita akan selalu lebih besar kemampuan kita daripada masalah yang dihadiahkan oleh Tuhan.
Apakah kita harus menghindari masalah dalam hidup untuk mendapatkan jiwa yang tenang?
Masalah atau kesulitan tidak akan hilang dalam kehidupan. “Hidup itu sulit” memang benar, tidak ada yang mengatakan hidup ini mudah. itu sebabnya kita harus memampukan diri sehingga yang dulu menyulitkan kita tidak lagi sekarat.
Tugas kita bukan mengecilkan masalah, bukan menghapus masalah, tetapi menjadi pribadi-pribadi yang lebih besar dari pada masalah yang dihadapi dalam kehidupan kita.
Mengapa kegelisahan itu kebanyakan datang dari orang-orang terdekat?
Cinta itu tidak mungkin membuat kita tidak peduli, dan cinta itu selalu membuat kita menuntut.
Tuntutan pertama dari cinta adalah “Engkau milikku,itu sebabnya cinta harus memiliki.”
Karena harus memiliki, kita ingin dia menjadi yang terbaik, jika dia tidak menjadi yang terbaik kita marah. Itu sebabnya kita lebih mudah marah kepada anggota keluarga daripada orang lain.
Semakin anda mencintai semakin anda mudah marah. Enaknya kalau orang tahu itu bisa mencegah sebelum sesuatu terjadi. Jadi jika kita menuntut orang yang kita cintai, bersabarlah karena anda belum tentu jadi yang terbaik baginya.
Apakah orang yang sabar termasuk kategori orang yang hatinya tenang?
Sabar bukan sifat, tapi akibat dari ikhlas dan bersyukur. Orang sabar itu akibat dari pemikiran yang ikhlas dari hati yang bersyukur dan dia tahu dia harus memampukan diri. Tuhan tahu kita harus memampukan diri.
Kalau kita berusaha ikhlas, apakah menerima semua permasalahan dan kekurangan yang kita miliki, Ikhlas untuk yang sudah terjadi, tapi jangan ikhlas kalau belum terjadi, upayakan yang terbaik.
Keikhlasan itu menerima Tuhan dengan segala kebenarannya.
Ikhlas itu tidak mengarang-ngarang lagi mengenai fatwa, haram, halal, tidak ada karangan dalam hidup.
Manusia yang mengeluarkan fatwa itu tidak membuat fatwa, dia hanya mengambil dari yang telah ditetapkan Tuhan, lalu disampaikan kepada saudaranya dengan perasaan takut salah.
Keikhlasan itu menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan sebagai kebenaran sebagai pedoman hidup menjadikan kita “up” tertuntun dalam “logika iman.
Logika yang berdasarkan iman kebenarannya tidak mungkin salah, karena kebenaran yang tersambung dalam kebenaran dunia dengan akhirat.
Siapakah yang lebih besar memiliki rasa ikhlas?, apakah orang yang memiliki jiwa yang tenang atau orang yang memiliki jiwa yang besar?
Jiwa yang tenang adalah kualitas hasil dari 3 hal: ikhlas, syukur dan memampukan diri…
Jadi yang paling tenang adalah yang paling ikhlas, paling bersyukur, dan paling memampukan diri.
Ketenangan bukanlah keadaan yang tanpa masalah, tapi keanggunan karena meyakini apapun yang terjadi adalah untuk kebaikan, bisa dan akan terselesaikan dengan baik.
IKHLAS ADALAH SEGALA SESUATU YANG DISAMPAIKAN SEBAGAI KEBENARAN OLEH TUHAN YANG HARUS DITERIMA.
Orang yang jiwanya tenang, hatinya tidak berbicara ketika melihat orang lain terutama ketika melihat yang aneh-aneh. Masalah hati bisa berkurang dengan cara mendoakannya..
ORANG-ORANG YANG SULIT MEMBUAT SESEORANG UNTUK DAMAI ADALAH ORANG-ORANG YANG MASIH MEMILIKI SIFAT SOMBONG, PENCEMOOH, DAN MUNAFIK.
Bagaimana cara mendapatkan jiwa yang tenang secara konsisten?, karena biasanya jiwa kita tenang hanya sesaat.
Jiwa yang tenang hidupnya diserahkan kepada Tuhan….
Apa yang membedakan ketenangan jiwa dengan ketenangan pikiran?
Semua kehidupan kita baik kalau juga hatinya baik..
Hati tidak baik kalau pikirannya tidak baik.
Hati menentukan kualitas hidup..
Kualitas hati ditentukaan oleh kualitas pikiran
Pikiran bisa dibangun dengan ilmu dan pengetahuan..
Orang yang tahu, tahu cara mengelola hatinya, lalu dirinya menjadi baik.
“BERSERAHLAH, PASRAHKANLAH DIRIMU KEPADA TUHAN, AGAR DIRIMU MENJADI SEPENUHNYA BUAT-NYA, KEMUDIAN TUHAN TIDAK AKAN MUNGKIN MENYIA-NYIAKANMU.”
“Masalah adalah rahmat yang belum kita ketahui gunanya, dan musuh adalah sahabat yang belum jadi.”
Ikhlas itu seperti bagian tangkai yang bergerak yang naik turun, kalau tidak kita bidik ia akan meleset, jadi setiap hari ia harus menjadi pribadi yang awas, yang tahu apa yang sedang terjadi dan menyesuaikan keikhlasan dan kesyukurun dengan apa yang terjadi saat itu..
Adakah batasan-batasan yang harus kita ketahui ketika kita ada keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih mampu?
Bagi impian kita tidak ada batas, biasanya yang membatasi impian kita adalah tingkat upaya kita.
“Tidak ada impian yang terlalu tinggi, yang ada adalah upaya yang tidak cukup.”
Tuhan menetapkan, kamu tidak akan merubah nasibmu kecuali kamu berupaya.
Kesimpulan:
Kalau anda ikhlas menjadi orang kecil, saya heran karena tidak ada orang ikhlas jadi orang kecil.
Tugas kita adalah sebagai khalifah, dalam diri kita sudah ada tugas-tugas sebagai khalifah, itu tanda bahwa kita itu penting. Anda itu penting bagi Tuhan, maka tugas anda adalah meminta dan berdoa kepada Tuhan..
….Yuk.. kita jadi orang yang oleh Tuhan ditenagai dengan hebat…
….karena kita memutuskan untuk menjadi jiwa yang …
….Ikhlas….bersyukur…. dan memampukan diri…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUPU-KUPU DI ATAS MATA AIR